02/07/19

Gn.Butak via panderman

Gunung Butak, Pendakian di Jawa Timur

Bagi yang suka mendaki gunung atau trekking di alam bebas, tidak ada salahnya kamu berkunjung ke Gunung Butak. Gunung ini mungkin belum populer di kalangan pendaki. Namun jangan salah, pemandangan alam yang ditawarkan Gunung Butak akan membuat siapa saja terpikat.
Terletak di Jawa Timur, gunung tipe stratovolcano (gunung berapi komposit) ini cocok bagi pendaki pemula karena memiliki rute pendakian dengan tingkat kesulitan sedang. Gunung Butak pun memiliki ketinggian 2.868 mdpl, cukup rendah dibanding gunung-gunung lain di Jawa Timur seperti Gunung Semeru dan Gunung Raung. Jika kamu mencari panorama padang rumput yang luas, mendaki Gunung Butak adalah pilihan yang tepat. Gunung di Jawa Timur ini memiliki sabana yang dipenuhi hamparan bunga edelweiss. Datanglah sekitar bulan Juli  Agustus untuk menikmati bunga edelweiss yang sedang bermekaran.   
sabana gn.butak 

Sabana yang terletak di puncak Gunung Butak ini sangatlah luas, kamu pun bisa menikmati panorama perbukitan di sekelilingnya. Kontur tanah yang datar juga membuat sabana ini kerap digunakan area kemah dan istirahat para pendaki. Ada pula sumber air bersih yang bisa digunakan para pengunjung.
sabana gn.butak

 Untuk jalur naik via Panderman

Panderman berada di Dusun Toyomerto, Desa Pesanggrahan, Batu, Malang. Jalur ini merupakan rute favorit kalangan pendaki karena memiliki medan yang landai. Jalur ini juga menawarkan beragam panorama indah yang bisa kamu nikmati.
Jalur Panderman diawali dengan rute yang sama seperti menuju Gunung Panderman. Setelah melalui jalan paving block dan jalur berbatu, kamu akan menemukan persimpangan menuju Gunung Panderman dan Gunung Butak. Ambillah jalur kanan kanan untuk meneruskan perjalanan menuju puncak Gunung Butak.
Setelah itu, pendakian akan melewati trek yang bervariasi seperti jalan tanah yang landai hingga menanjak dan menyusuri ladang penduduk. Kamu juga akan masuk ke area hutan yang rimbun hingga sampai di Pos 1. Selama perjalanan, pastikan kamu memperhatikan petunjuk jalan karena banyaknya jalan bercabang. Ikuti saja petunjuk berupa tali atau pita yang dipasang di pohon pada beberapa titik jalur pendakian.
Jalur menuju Pos 2 merupakan jalur tanah yang berkelok, landai, serta sesekali tanjakan dan turunan. Trek pendakian seperti ini akan terus kamu lewati hingga sampai di Pos 3. Setelah itu, kamu bisa melanjutkan perjalanan menuju Pos 4 yang didominasi jalur menanjak.
Perjalanan menuju puncak akan semakin dekat setelah melewati Pos 5. Kamu harus terlebih dulu melalui jalanan menanjak untuk sampai di sabana. Sabana tersebut juga bisa menjadi lokasi berkemah ataupun beristirahat sebelum tiba di puncak Gunung Butak. Saat akan memulai pendakian di Gunung Butak, kamu harus melakukan registrasi dan membayar tiket masuk sebesar Rp10.000 per orang. Ada pula biaya tambahan bagi yang membawa kendaraan, yakni Rp5.000 untuk motor dan Rp10.000 untuk mobil. 
 Jika kamu ingin membuktikan keindahan alam dan sensasi jalur pendakiannya, segeralah mendaki Gunung Butak. Liburan akhir tahun sebentar lagi, yuk jadikan Gunung Butak sebagai destinasi wisata kamu!

01/07/19

Menguak Misteri Gunung Lawu

Hamparan lautan awan dari puncak gunung lawu

Paskota Jateng - Misteri Gunung Lawu yang terkenal angker telah menjadi mitos yang mengiringi setiap pendaki yang hendak mendaki Gunung Lawu. Namun hingga kini masih juga belum ditemu muaranya mengapa bisa gunung ini terkenal angker dan penuh dengan kisah-kisah mistis.
Untuk lebih mendalami mengapa banyak mitos yang menyebarkan bahwa Gunung Lawu angker, mari kita telisik melalui awal mula legenda dari Gunung Lawu tersebut dahulu.
Kisah berawal dari masa berakhirnya kerajaan Majapahit, yakni pada tahun 1400 M. Kala itu, orang yang menduduki kursi kerajaan adalah Prabu Bhrawijaya V, beliau adalah raja terakhir dari kerajaan Majapahit.
Singkat cerita, saat Raden Fatah memasuki usia dewasa, ternyata Raden Fatah memeluk agama Islam, ia membelot dari agama sang ayah yang beragama Budha. Bersamaan dengan meredupnya kerajaan Majapahit, Raden Fatah pun mendirikan kerajaan Demak yang berpusat di Glagah Wangi, sekarang lebih dikenal Alun-Alun Demak. Kenyataan yang membuat Prabu Bhrawijaya V merasa gundah.
Pada suatu malam, Prabu Bhrawijaya V bersemedi, dalam semedinya, beliau mendapatkan petunjuk yang mengatakan bahwa kerajaan Majapahit akan meredup dan cahaya beralih ke kerajaan anaknya, yakni kerajaan Demak. Sesaat itu pula Prabu Bhrawijaya V meninggalkan kerajaan Majapahit, menuju Gunung Lawu untuk menyendiri.
Sesaat setelah meninggalkan kerajaannya, sebelum naik ke Gunung Lawu, Prabu Bhrawijaya V bertemu dengan dua orang pengikutnya, kepala dusun dari wilayah kerajaan Majapahit, masing-masing dari mereka adalah Dipa Menggala dan Wangsa Menggala.
Karena mereka berdua tidak tega melihat Prabu Bhrawijaya V berjalan sendirian, mereka pun ikut menemani Prabu Bhrawijaya V naik ke puncak Gunung Lawu.
Setelah sampai di puncak Hargo Dalem, Prabu Bhrawijaya V berkata kepada 2 pengikut setianya. Selesai mengucapkan kalimat itu, Prabu Bhrawijaya V pun menghilang. Hingga kini, jasad beliau tidak pernah ditemukan oleh siapa pun.
Setelah Prabu Bhrawijaya V melakukan moksa dan menghilang, tersisalah 2 pengikut setianya, Sunan Gunung Lawu dan Kyai Jalak. Sejarah bercerita, mereka berdua menjalankan amanat Prabu Bhrawijaya V, mereka menjaga gunung Lawu.