03/11/25

Satu Sikap, Satu Suara: Belajar dari Mahkota Cenderawasih


Peristiwa pembakaran Mahkota Cenderawasih di Papua telah menjadi cermin bagi kita semua di Kementerian Kehutanan. Sebuah cermin yang memantulkan kenyataan pahit: bahwa di tengah semangat menegakkan hukum, kita masih bisa keliru membaca hati masyarakat. Namun dari kesalahan itu, muncul pelajaran besar yang tak ternilai — bahwa melindungi alam Indonesia bukan hanya soal aturan, tetapi juga soal rasa.


Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni telah memberikan contoh nyata kepemimpinan berjiwa besar. Di hadapan publik, beliau menyampaikan permintaan maaf, bukan karena hukum salah, tapi karena kita harus berani mengakui ketika cara kita melukai nilai-nilai yang hidup di masyarakat. Itulah sikap seorang pemimpin yang menuntun, bukan sekadar memerintah.


“Kita akan inventarisasi kembali hal-hal yang dianggap tabu atau sakral oleh masyarakat, agar penegakan hukum berjalan seiring dengan penghormatan budaya,” pesan Menhut dalam arahannya.


Seruan itu bukan hanya untuk didengar, tapi untuk ditanamkan.

Setiap pegawai kementerian, dari pusat hingga daerah, harus memahami bahwa konservasi sejati tidak cukup dengan pasal dan prosedur — ia memerlukan empati, komunikasi, dan penghormatan terhadap kearifan lokal.


Kita bukan hanya penjaga hutan dan satwa; kita adalah penjaga makna, penjaga hubungan antara manusia dan alamnya. Maka, setiap tindakan harus berakar pada semangat “Menjaga Alam, Menghormati Budaya.”


Kementerian Kehutanan kini melangkah dengan semangat baru: semangat untuk belajar, mendengar, dan memperbaiki. Dari Papua kita belajar bahwa hukum tanpa kearifan adalah bising; tapi kearifan tanpa hukum adalah rapuh. Keduanya harus berpadu — dalam satu irama pengabdian kepada Indonesia.


Mari kita satukan langkah. Jadikan kasus Mahkota Cenderawasih sebagai cambuk untuk berbenah.

Tidak ada tugas kecil dalam pengabdian, tidak ada daerah yang jauh dalam semangat menjaga negeri.

Kita bekerja bukan hanya untuk laporan, tetapi untuk masa depan Indonesia yang lestari dan bermartabat.


Satu kementerian, satu suara, satu semangat:

Menegakkan hukum, menghormati adat, menjaga alam Indonesia.

Berselancar di samudera dunia maya