31/10/25

Marah pada Api, Lupa pada Pemburu: Seruan Hormes untuk Menyelamatkan Cenderawasih di Tanah Papua


Jayapura —* Pemusnahan sejumlah mahkota dan opsetan burung Cenderawasih oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua menuai beragam reaksi masyarakat. Namun di tengah perdebatan itu, seorang anak muda Papua, Hormes, justru mengingatkan publik agar tidak hanya marah pada tindakan pemusnahan benda mati, tetapi juga pada pembunuhan Cenderawasih hidup di hutan-hutan Papua.


Dalam video yang diunggah di media sosial, Hormes, seorang fotografer dan videografer alam asal Papua menegaskan bahwa fokus utama seharusnya adalah menjaga burung Cenderawasih yang masih hidup, bukan menyesali pembakaran opsetan yang sudah mati.


“Yang lebih menyayat hati itu ketika Cenderawasih ditembak mati di hutan, dijerat, dibawa dan diperdagangkan. Itu awal penderitaannya,” kata Hormes.


Ia menuturkan, hampir setiap pagi dirinya masuk ke hutan untuk memantau kondisi Cenderawasih di habitat aslinya. Aktivitas itu telah menjadi rutinitas pribadi sebagai bentuk kepedulian terhadap kelestarian satwa endemik yang dijuluki “burung surga” tersebut.


Hormes juga menegaskan bahwa tanggung jawab melindungi Cenderawasih tidak hanya berada di pundak pemerintah atau lembaga konservasi, melainkan juga seluruh masyarakat Papua.


“Menjaga Cenderawasih bukan hanya tanggung jawab BBKSDA. Itu tanggung jawab kita semua, anak-anak Papua. Kita harus jaga yang masih hidup, bukan yang sudah mati,” ujarnya.


Menurut Hormes, banyak masyarakat yang masih menggunakan bulu atau tubuh Cenderawasih sebagai bagian dari atribut budaya, seperti mahkota atau hiasan kepala. Ia mengajak agar kebanggaan budaya itu tidak dijadikan alasan untuk membiarkan pembunuhan satwa dilindungi terus terjadi.


“Jangan kita bungkus pembunuhan Cenderawasih dengan alasan budaya. Kita bisa tetap menjaga budaya tanpa harus mengorbankan kehidupan burung surga ini,” katanya menegaskan.


Hormes juga menyinggung pandangan beberapa tokoh publik Papua yang, menurutnya, terlalu menyoroti aspek budaya tanpa membahas kekayaan ekologi dan keanekaragaman hayati Papua. Ia berharap para pemimpin dan tokoh masyarakat turut bersuara lantang dalam upaya perlindungan satwa langka.


Sebagai penutup, Hormes menyerukan agar masyarakat Papua berhenti memperdebatkan pemusnahan benda mati dan mulai fokus melindungi kehidupan di alam.


“Kita marah karena Cenderawasih mati dibakar, tapi diam ketika Cenderawasih hidup diburuh. Mari kita jaga yang masih terbang di hutan sana,” tutupnya dengan penuh haru.

Berselancar di samudera dunia maya