26/12/18

3 wisata wajib jika berada di pasuruan

Buat kalian yg suka bolang santai di kota pasuruan dan liburan sekeluarga sambil menikmati udara segar dan view pemandangan alam? Jadi simak aja 3 wisata yang menjadi rekomendasi liburan kalian, yaitu:
  • Air terjun puthuk truno (prigen)
View air terjun putuk truno
Air terjun putuk truno cocok bangeeettt buat keluarga, rekan, sahabat dan pasangan. Tiket masuk murah kok cuma 15k per orang. Perjalanan menuju tempat dari loket tiket dekett kok sekitar 300m. Jalan nya juga turun tapi agak licin jadi kalo bisa pake alas kaki yg aman dan nyaman(sandal gunung). Dan kalo mau main air jalannya agak curam jadi hati2 ya. Air nyaaa segeerrr banget, jangan khawatir juga kalo lupa bawa makanan.
Soalnya ada kafe disekitar loket dan dilokasi air terjun udah ada warung buat nyantai sambil ngopi
  • Candi jawi (prigen)
Candi jawi
Candi Jawi adalah peninggalan bersejarah Hindu-Budha Kerajaan Singhasari yang terletak di kaki gunung Welirang, tepatnya di desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Pasuruan.Candi Jawi berada dipinggir jalan raya antara Kecamatan Pandaan-Kecamatan Prigen, sebelah barat jalan.   
TIKET MASUK
>Tiket masuk Candi Jawi Prigen Pasuruan gratis.
>Parkir Rp 2000/motor akan tetapi saat pagi dan siang biasanya tidak ada juru parkir sehingga gratis namun harus memperhatikan keamanan kendaraan.
  • Waterpark safari prigen II (prigen)
Waterpark prigen
Waterpark safari banyak menyediakan taman bermain untuk anak² hingga remaja cocok umtuk berlibur bersama teman², keluarga, dan pasangan (bila punya) hahahh...

Harga Ticket
Untuk menikmati serunya waterpark kelas satu di Jawa Timur ini. Anda bisa menggunakan 2 cara. Anda bisa membelinya secara terpisah, ticket masuk sendiri setelah itu membayar untuk ticket Safari Water World seharga Rp 40.000,- perorangnya.

Cara kedua yang lebih hemat. Anda bisa membelinya secara bundling bersama TICKET TERUSAN Safari Water World di loket depan pada saat Anda memasuki lokasi Taman Safari Indonesia II seharga Rp 85.000 untuk reguler..

Mungkin cukup itu untuk saat ini yang bisa saya rekomendasi di libur tahun baru dan natal jelas tempat diatas akan ramai banyak pengunjung dari dalam ataupun luar kota

Perlengkapan sebelum melakukan pendakian

Mountain Equipment
Dalam pendakian gunung kita wajib memerhatikan peralatan pendakian gunung yang lengkap dan tepat guna. Sesuaikan dengan kebutuhan dan bawalah secukupnya. Berikut sedikit informasi penting apa saja sih yang perlu dibawa saat akan mendaki gunung.

info: tidak perlu membeli peralatuan baru, untuk peralatan khusus kamu bisa meminjam atau sewa di tempat persewaan peralatan outdoor dan hiking yang ada di kotamu.


PERALATAN KELOMPOK:
  1. Tenda
    Tenda adalah peralatan kelompok yang wajib dibawa. Tenda untuk pendakian gunung ada banyak sekali macam-macamnya. Dari merk yang bagus hingga medium. Dan ukurannya juga bervariasi.
    Merk: Eiger, Bestway, Lafuma, Montana, Rei, dll
    Kapasitas: 2 orang, 4 orang, 6 orang dst.
  2. Logistik/ makanan:roti, minuman sachet, kopi, susu, madu, antangin JRG,beras, sayur, telur, sarden kaleng, nuggiet, minyak, buah-buahan (apel, pir, anggur, salak dll).
  3. Peralatan komunikasi: Handy Talkie, dll.
Semua itu dapat membagi peralatan kelompok siapa saja yang akan membawa.

PERALATAN PRIBADI
  1. Tas Gunung/ Carrier (wajib)ukuran dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan keterbiasaan membawa yang ber ukuran: 40, 60, 80, 100 dan 120 (Liter)
  2. Jaket Gunung (wajib) sesuaikan dengan cuaca karena cuaca digung dapat berubah sewaktu-waktu jadi bawalah 2 jaket atau jaket yang dapat digunakan yaitu waterproof dan weatherproof
  3. Sepatu dan sandal gunung (wajib) untuk melindungi kaki saat mendaki
  4. Sleeping bag (wajib) untuk menjaga kondisi tubuh tetap hangat saat tidur
  5. Pakaian Outdoor
    Seperti: kaos, kemeja flannel, kemeja rimba, topi, celana pendek, celana panjang
  6. Matras (wajib)
    Matras gunung kegunaannya untuk landasan kita duduk atau landasan untuk tidur.
  7. Senter atau headlamp (wajib)
    Senter tentunya berguna saat malam hari. Headlamp adalah lampu yang dipasang di kepala sehingga saat mendaki kita tidak perlu memegang senter atau penerang semacamnya.
  8. Sarung tangan (wajib)
    Sarung tangan sangat wajib dibawa. Ada banyak pilihan untuk sarung tangan. Bagian paling sensitif pada tubuh kita adalah telapak tangan dan telapak kaki. Tips: bawalah dua sarung tangan. Satu yang biasa dipakai saat mendaki. Yang kedua tebal dipakai saat tidur.
  9. Tongkat Gunung/ trekking pole
    Gunanya untuk pegangan tangan dan menjaga keseimbangan tubuh saat berjalan.
  10. Kacamata
    Gunanya untuk menjaga mata dari debu
  11. Jam tangan
    Gunanya untuk mengetahui waktu digunung
  12. Peralatan makan: mangkuk makan, sendok, gelas (plastik) dll
  13. Peralatan navigasi: kompas, pengukur ketinggian, kamera saku dll
  14. Peralatan make up: tisu basah, tisu kering, lotion dll (wajib)
  15. peralatan lain: botol air, korek api, pisau, dll


  16. P3K
    • Tabung oksigen
    • Kapas
    • Tisu (basah dan kering)
    • Betadine
    • Alkohol
    • Obat diare (Norit)
    • Parasetamol
    • Obat Alergi (CTM)
    • Obat mata (visine)
    • Kain kassa/perban
    • Plester (Hansaplast)
    • Oralit
    • Minyak kayu putih

    Dari semua barang diatas dapat dipilih dan dibagi dengan kelompok agar tidak terlalu banyak barang yang dibawa, semakin banyak barang yang dibawa menjadi berat pula carrier yang kita bawa dan menjadi masalah untuk diri sendiri.. selamat mendaki dan salam rimba, dikota kita berdosa di gunung kita meminta maaf

Gunung Semeru

Gunung Semeru adalah gunung berapi kerucut di Jawa Timur, Indonesia dan tertinggi di Pulau Jawa.
Tinggi puncak : 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl).
Tertinggi ketiga setelah Gunung Kerinci di Sumatera dan Gunung Rinjani di Nusa Tenggara Barat.
Kawah puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Jonggring Saloko. Secara administratif masuk dalam wilayah dua kabupaten, yakni Kab Malang dan Kab Lumajang, Prov Jawa Timur.
Gunung ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Pendakian : Rute termudah lewat Tumpang, Kabupaten Malang.
Gunung Semeru mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Tahun 1913 dan 1946 Kawah Jonggring Saloka memiliki kubah dengan ketinggian 3.744,8 m hingga akhir November 1973.
Disebelah selatan, kubah ini mendobrak tepi kawah menyebabkan aliran lava mengarah ke sisi selatan meliputi Pronojiwo dan Candipuro di Lumajang.

Gunung ini terlihat sangat luar biasa apabila dilihat dari berbagai sudut....baik dekat maupun jauh,yang pasti akan membuat siapa saja terpesona dengannya.

Budaya jawa, untuk menghargai nenek moyang


View di puncak MAHAMERU

Danau ranukumbolo

Cocok untuk camp/istirahat sejenak untuk melanjutkan pendakian ke kalimati 


Untuk mengakses ke gunung ini diperlukan 3-4 hari pendakian,sebelum anda memulainya anda harus benar-benar mempersiapkan diri anda.Jalur pendakian yang cukup jauh dan sulit benar" akan menguji mental anda..ditambah dengan beberapa hal-hal mistis yang mungkin anda alami saat pendakian.

Keganasan Alam Liar

Akhir-akhir ini, mendaki gunung menjadi kegiatan yang digandrungi oleh sebagian anak muda, mereka berbondong-bondong merayakan tahun baru, menghabiskan liburan panjang dan merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia di puncak gunung-gunung tertinggi. 
Sunrise puthuk lesung, *foto pribadi

 Manyaksikan matahari terbit dan terbenam, menikmati turunnya kabut lembut di lembah-lembah gunung dan sekedar menghela nafas di atas samudra awan menjadi alasan kenapa mendaki gunung adalah kegiatan favorit.

Padahal, mendaki gunung adalah olahraga yang berbahaya, kegiatan ekstrim yang mempertaruhkan nyawa. Namun mereka selalu saja mengabaikan semua resiko itu, demi mendapatkan foto-foto kece di puncak gunung, mereka mendaki gunung tanpa pengetahuan survival skill, persiapan yang matang, mendaki asal-asalan dan seringkali bertindak sembrono.



Pencarian mayat pendaki oleh tim sar

Berikut adalah 6 sebab kenapa banyak pendaki yang menjadi korban keganasan alam liar.

1. Sok Jagoan.
Perasaan sok jago ini sudah sering sekali memakan korban.

2. Buruknya manajemen logistik
Alhasil para pendaki itu akan merasa kelelahan, tidak konsentrasi, lemas dan lapar yang bisa berakibat pada kecelakaan bahkan kematian dalam sebuah pendakian.

3. Buruknya perlengkapan barang
Jangan pernah mengabaikan pengetahuan tentang perlengkapan barang, karena hal ini sangat berpengaruh pada keselamatanmu di dalam pendakian.

4. Pergi Dalam Rombongan Yang banyak
dalam jumlah orang yang banyak adalah sering munculnya konflik internal, keinginan anggota yang beraneka ragam dan sikap intoleransi adalah salah satu pemicu kenapa mendaki dalam rombongan besar lebih membahayakan.

5. Menganggap Hipotermia Adalah Kerasukan Setan.
Pada umumnya, korban hipotermia akan mengalami halusinasi dan kehilangan kesadaran, sehingga korban akan berbicara ngelantur. Sebagaimana orang yang kerasukan, korban sulit sekali berkomunikasi dengan baik.

6. Aku lah si Cepat
takut berada paling belakang, merasa hina apabila mengemban tugas sweeper dan berada paling belakang. Karena akulah si cepat, paling cepat menuju puncak sehingga aku tidak sadar meninggalkan temanku yang kelelahan dan meninggal di gunung. *Sumber hipwee community

Semoga dapat menambah wawasan kalian untuk memahami alam liar, karena di alam liar kita adalah tamu yang harus menjaga sikap dan ucapan.

21/12/18

Mitos JOKO UNTHUK ( Dongeng Rakyat Pasuruan)

Cerita ini berasal dari Desa Winongan. Konon Winongan merupakan pusat pemerintahan Kadipaten Pasuruan. Adipati pada masa itu adalah Pangeran Murdangkoro yang berasal memimpin Kadipaten Pasuruan dengan adil dan Bijaksana hingga usia tua.

Pada saat itu, satu-satunya orang kepercayaan Pangeran Murdangkoro adalah Pangeran Ngrangrangkusuma. Pangeran Ngrarangkusuma adalah seorang pembuat senjata/ pusaka. Selain berkeahlian sebagai empu pembuat senjata, Pangeran Ngrarangkusuma dikenal jujur. Ia bahkan juga memiliki kepintaran dalam banyak bidang. Kerap kali dulu ketika masa pemerintahan Pangeran Murdangtoro, ia banyak memberi bantuan baik berupa bantuan pendapan maupun usaha.

Pada suatu ketika, terjadi kegegeran di Kadipaten Pasuruan. Seekor kerbau besar sedang mengamuk di alun-alun Kadipaten. Semua orang berusaha menghentikan amukan kerbau itu. Namun, tidak satupun yang berhasil. Pangeran Ngrangrangkusuma juga mencoba meredam kemarahan kerbau itu. Namun, usaha Pangeran Ngrangrangkusuma juga menemui kegagalan.

Ditengah kebingungan masyarakat Kadipten, tiba-tiba muncullah seorang pria yang gagah berani. Tanpa rasa takut, ia memasuki alun-alun. Kemudian dengan kesaktian yang dimilikinya, ia dapat membuat kerbau itu menjadi penurut. Semua yang menyaksikannya menjadi tercengang. Mereka juga bertanya-tanya, siap gerangan lelaki asing yang sakti mandraguna itu.

Lelaki asing yang meredam kemarahan kerbau itu bernama Joko Unthuk . joko Unthuk anak keturunan Dewa. Ia pernah dibuang di kawah Gunung semeru pada masa bayinya oleh orang tuanya. Namun, ia masih hidup  dan muncul pada suatu mata air. Ia kemudian ditemukan seorang pertapa sakti. Dari pertapa sakti itulah kemudian kesaktian Joko Unthuk meningkat. Pertapa sakti itu memang menjadi guru Joko Unthuk.

Joko Unthuk menghadapi kerbau yang mengamuk di alun-alun Kadipaten

Sejak itu, Joko Unthuk pun menjadi penasehat Kadipaten Pasuruan. Kebiasaannya mengembara pun dihentikannya. Joko Unthuk senang sekali mendapat perlakuan istimewa baik dari kerajaan maupun dari rakyat. Dari kerajaan, ia mendapatkan makanan yang cukup serta kemewahan berupa barang lain atau bahkan uang yang melimpah. Disamping itu, Joko Unthuk juga disegani dan dihormati oleh rakyat.

Joko unthuk benar – benar menikmati jabatan yang disandangnya. Lama – lama Joko unthuk terlena dengan segala kemewahan yang tiba – tiba dimilikinya. Ia menjadi sombong dan angkuh. Perlakuannya pada warga juga tidak sebaik pertama kali ia diangkat menjadi wakil adipati.

Dengan kesaktiannya, Joko Unthuk sering berlaku semena – mena pada rakyat. Tentu saja rakyat menjadi benci pada sikap Joko Unthuk. Pada mulanya, Adipati Ngrangrangkusuma tidak mengetahui perubahan yang terjadi pada diri Joko Unthuk. Setelah ia terjun langsung ditengah rakyat, barulah Adipati Ngrangrangkusuma mengetahui perubahan Joko Unthuk.

Adipati Ngrangrangkusuma mencoba menegur dan mengingatkan Joko Unthuk. Namun, teguran Adipati Ngrangrangkusuma ternyata dianggap sebuah ejekan oleh Joko Unthuk. Diam – diam, Joko Unthuk menyimpan dendam pada Adipati Ngrangrangkusuma. Hingga kemudian keserakahannya untuk menjadi Adipati semakin membulatkan tekadnya untuk melaksanakan balas dendamnya.

Setelah menegur Joko Unthuk, Adipati Ngrangrangkusuma tidak hanya tinggal diam. Ia menyuruh seorang utusan untuk memata –matai Joko Unthuk. Rencana balas dendam Joko Unthuk pun diketahui oleh Adipati Ngrangrangkusuma. Untuk berjaga – jaga menghadapi Joko Unthuk, Adipati Ngrangrangkusuma membuat keris sakti. Berhari – hari Adipati Ngrangrangkusuma menempa baja terbaik untuk ia bentuk menjadi keris. Belasan hari kemudian, keris buatan Adipati Ngranrangkusuma telah jadi.

Adipati Ngrangrangkusuma lalu menemui sahabatnya yang tinggal di Penanggungan. Sahabatnya adalah seorang empu pembuat senjat juga. Pada empu penunggu Penanggungan itu Adipati Ngrangrangkusuma meminta tolong untuk mencarikan Jin sakti sebagai penghuni keris itu. Dalam pencarian Jin itu, akhirnya empu penanggungan itu menemukan Jin yang sangat sakti. Empu Penanggungan menyuruh Jin itu untuk menghuni keris Adipati Ngrangrangkusuma. Setelah dihuni Jin sakti Penanggungan, keris buatan Adipati Ngrangrangkusuma menjadi semakin sakti. Kini ia pun tidak khawatir jika sewaktu –waktu Joko Unthuk berencana membunuhnya.

Pada suatu malam, Joko Unthuk berniat melakukan rencana balas dendamnya. Dengan mengendap – endap, ia berjalan menuju kamar Adipati Ngrangrangkusuma. Adipati Ngrangrangkusuma yang sedang tertidur pulas sama sekali tidak menyadari rencana jahat Joko Unthuk. Perlahan – lahan Joko Unthuk membuka jendela kamar Adipati Ngrangrangkusuma. Setelah terbuka kembali dengan langkah mengendap – endap ia berjalan mendekati Adipati Ngrangrangkusuma. Di tangan Adipati telah tersiap keris yang terhunus.

Saat Joko Unthuk hendak menghujamkan kerisnya pada Adipati Ngrangrangkusuma, tiba – tiba keris sakti Adipati Ngrangrangkusuma keluar dari sarangnya dan menusuk Joko Unthuk. Joko Unthuk mejerit kesakitan sembari memegang dadanya yang tertancap keris sakti. Adipati Ngrangrangkusuma yang mendengar jeritan Joko Unthuk seketika terbangun. Ia sangat terkejut saat mendapati Joko Unthuk telah mati dengan tubuh tertusuk keris.

Setelah Joko Unthuk tewas, kembali Kadipaten Pasuruan menjadi tenteram. Rakyat tidak lagi takut dengan tindakan semena – mena Joko Unthuk. Adipati Ngrangrangkusuma sangat senang melihat rakyatnya kembali bahagia.

Joko Unthuk *baca: Joko Onthok (bhs Jawa); Busa (bhs Indonesia)

KESIMPULAN
Cerita ini termasuk Mitos
Cerita ini memberi pelajaran kepada kita tentang kesombongan. Kesombongan adalah salah satu sifat yang tidak baik.  

Sumber :
Buku Seri Pendidikan Budaya
Cerita Rakyat dari Pasuruan (Jawa Timur)
Penulis Deny Wibisono

Legenda Joko Sambang Beji – Bangil, Pasuruan

Joko Sambang sebagai tokoh sentral di cerita ini merupakan putra tunggal dari seorang Lurah (Kepala desa) yang bernama Bintoro dan seorang ibu yang bernama Sutina di desa Beji Gondanglegi – Pasuruan. Lurah ini berjuang melawan government bersama sorang Sekdes (bhs.jawa: Carik) yang bernama Wicaksono. Mereka melawan government karena menolak perintah mengirimkan penduduknya untuk bekerja membuat kali dan jembatan Porong, dengan alasan desanya jauh dari areal kali Porong, dan untuk melindungi penduduknya mereka rela dihukum dan di jebloskan kepenjara, sementara itu istrinya Lurah Bintoro yang bernama Sutina yang kondang karena kecantikan parasnya memang amat sayang untuk ditinggal di rumah sendirian, hal ini diambil kesempatan oleh para Lurah desa-desa sekitarnya untuk mendekatinya, termasuk Lurah Panderejo yang bernama Bargowo dan cariknya yang bernama Abi Lowo, mereka ini melakukan keinginannya dengan segala cara, termasuk menghasut government untuk memaksa Lurah Bintoro memperkerjakan penduduknya ke Kali Porong padahal lokasi desanya jauh dari bantaran kali Porong.

Foto sungai porong, sidoarjo

Rupanya keinginan Lurah Bargowo yang terusa menggelora membuat mata hatinya buta, bahwa Sutina bersama Lurah Bintoro sudah dikaruniai anak yang mulai menginjak usia remaja yang sudah siap menghadapi musuh apapun termasuk gangguan Lurah Bargowo dan Carik Abi Lowo.
Yang terkenal sakti mandraguna.
Karena hasutan dan perasaan iri merekalah Lurah Bintoro di penjara dan dihukum tembak oleh government, tapi hukuman ini gagal karena Lurah Bintoro kebal (sakti) terhadap senjata maupun peluru senapan, maka government meminta Lurah Bargowo dan Carik Abi Lowo untuk memberi hukuman sendiri kepada Lurah Bintoro, berkat keroyokan dua lawan satu, Lurah Bintoro tewas. Kemudian Sutina dikejar-kejar oleh Lurah Bargowo dan Carik Abi Lowo, berusaha lari minta perlindungan kepada puteranya yang bernama Joko Sambang yang masih berstatus siswa sebuah perguruan silat di Gunung Penanggungan dan bersemedi (bertapa) di Jolotundo, sehingga untuk sementara nasib Sutina aman!

Peristiwa pengejaran Sutina ini dibantu oleh Joko Semprul, yang sehari-hari berprofesi sebagai kaki-tangan/centeng-nya government Belanda di Kali Porong. Joko Semprul bilang kepada Lurah Bargowo dan Carik Abi Lowo, “Kalian tidak akan bisa mendapatkan Sutina tanpa membunuh Joko Sambang lebih dahulu!”, “Lha terus caranya bagaimana? “, sela mereka.
“Itu soal gampang !” jawab Joko Semprul. Dengan arahan Joko Semprul, Lurah Bargowo dan Carik Abi Lowo mengadakan saimbara di jembatan kali Porong, barang siapa yang dapat menebang pohon kenari yang berada persis di tanggul selatan jembatan kali Porong akan mendapatkan hadiah 100 ribu Golden (Uang emas Belanda). Pohon ini adalah pohon tua yang terkenal angker, siapa saja yang mau menebang pohon tersebut biasanya akan kena kutukan, berupa sakit jiwa, atau bahkan meninggal dunia, sehingga hanya orang-orang yang sakti saja yang mau ikut sayembara tersebut, termasuk Joko Sambang.
Joko Sambang mau ikut sayembara bukan karena ingin mendapatkan uang hadiah, melainkan ingin menumpas kelicikan dan tipu muslihat Lurah Bargowo, Carik Abi Lowo dan Joko Semprul, karena ketiga-tiganya merupakan orang yang selalu mengganggu ketenangan ibunya, sekaligus sebagai orang kepercayaan government Belanda di Kali Porong.

Joko Sambang sadar bahwa ia tidak akan mampu menghadapi ketiganya bila cuma seorang diri, maka ia mengajak teman seperguruannya, yaitu Joko Buntek untuk membantu dirinya,
Dari ilmu dua orang inilah muncul kekuatan yang amat dahsyat, selain kekuatan ilmu yang berlipat ganda, juga keberanian menentang kedzaliman dari para tokoh antagonis yang selama ini meresahkan masyarakat, seperti yang dilakukan selama ini oleh tokoh Lurah Bargowo, Carik Abi Lowo, Joko Semprul dan tentu saja para pegawai government Belanda.

Ternyata pohon ini benar-benar sakti dan bertua, terbukti pada saat Joko Sambang mendekati pohon kenari tua itu tiba-tiba pohon tersebut dapat berbicara, tentu saja hanya Joko Sambang yang tahu isi bicaranya, “ Hei…Anak muda, jangan turuti sayembara Lurah Bargowo, karena orang ini sungguh licik dan ambisius, dibalik sayembara ini sebenarnya ia berharap engkau kalah dan mendapat hukuman darinya, sehingga dengan mudah ia dapat mempersunting ibumu, Haa…ha…ha….!”.
Suara itu terdengar jelas ditelinga Joko Sampang, apalagi sangat keras menggelegar, sampai-sampai Joko Sambang tidak kuat berdiri tegak lagi.
Karena lama Joko Sambang tidak bergerak, maka Joko Sambang dinyatakan kalah dan harus mendapatkan hukuman, Joko Sambang langsung di ikat di pohon kenari tua itu disaksikan para penonton dan para pekerja paksa yang memadati arena sayembara.
Untung Joko Buntek segera datang dan melepaskan ikatan tangan dan kaki Joko Sambang dan mereka berbalik mengejar Lurah Bargowo, Carik Abi Lowo, dan Joko Semprul.
Sebelum mengejar tiga tokoh antagonis diatas, Joko Buntek mengajukan syarat kepada Joko Sambang, yang isinya: Jangan pernah mengejar musuh sampai daerah Kepulungan, karena itu wilayah kekuasaan Joko Buntek! Dan syarat itupun disetujui Joko Sambang.
Maka tidak lama setelah itu dua orang jagoan muda ini segera mengejar Lurah Bargowo, Carik Abi Lowo, dan Joko Semprul. Al-hasil dari pengejaran tiga tokoh pengganggu masyarakat iniu dapat segera ditumpas. Setelah peristiwa itu para pegawai government-pun mulai berfikir realistis, yaitu mereka hanya memperkerjakan penduduk di sekitar kali Porong saja, dan tidak mau lagi melibatkan masyarakat di luar wilayah bantaran kali Porong.
Setelah kondisi sekitar kali Porong aman, Joko Sambang meninggal dunia di desanya Gununggangsir - Beji Pasuruan, dan dimakamkan bersebelahan dengan makam Ayah dan Ibundanya.
Makam Joko Sambang, Lurah Bintoro, dan Sutina sampai kini masih banyak di datangi oleh para peziarah dari berbagai daerah guna mendapatkan berkah.

Memang dari nama-nama tokoh diatas bukan nama yang sebenarnya, tapi memiliki makna kias yang jelas yang dapat dengan mudah ditangkap makna dan isinya, seperti identifikasi tokoh-tokoh ini;
Joko Semprul, Semprul bermakna orang muda yang tidak memiliki pendirian dan
prilakunya selalu menjengkelkan masyarakat.
Lurah Bargowo mungkin memiliki arti orang yang suka mengganggu orang yang sudah berkeluarga.
Carik Abi Lowo juga mungkin memiliki arti orang yang suka kelayapan malam dan suka menghasut seperti prilaku kelelawar.
Lurah Bintoro adalah lurah yang jadi pemimpin sejati penduduknya, suka melindungi penduduk dari mara-bahaya.
Carik Wicaksono adalah orang yang selalu bijak dalam berprilaku di masyarakat.
Tokoh Sutina menggambarkan tokoh perempuan yang cantik, setia, dan tidak suka ke dloliman.
Joko Buntek melambangkan tokoh pemuda yang diharapkan kehadirannya disaat-saat diperlukan.
Sedangkan tokoh Joko Sambang memiliki arti orang muda yang suka “sambang” atau “silaturrahim” atau “mengunjungi” kaumnya yang sedang menderita, dan ia selalu membela kebenaran dan menumpas segala bentuk keserakahan, termasuk membela kaumnya yang sedang sengsara karena di paksa kerja tanpa upah oleh government Belanda membuat jembatan dan tanggul kali Porong pada sekitar tahun 1920.
Demikian tulisan singkat ini, mudah-mudahan dapat menghidupkan kembali semangat juang bangsa ini yang mulai luntur tergerus majunya teknologi dan globalisasi.

Joko Sambang Of Legend
Ditulis Oleh
Drs. Imam Musholli

Pasuruan Tourism

Welcome to Pasuruan Tourism, Pasuruan regency is one of tourism place in East Java, which has potency of nature, culture and tourism attraction that be able to expose the completely tourism enchantment (The East Java Natural Enchantment). Pasuruan is one of tourism object in East Java that has glamour nature and marvelous culture, such as panorama of mount Bromo seen from Penanjakan, or the fascinating of Tretes tourism area, the amazing of agro tourism area in Tutur, recreation area at Prigen, which presenting multifarious animals in Safari Park Indonesia II,

Loc. Fina Golf
the center of recreation and entertainment amusement of Taman Dayu, Fina Golf and there are still a lot of tourism object which is interesting to be visited.




Pasuruan regency is located 60 km south of Surabaya. Beside its tourism object,

Industry and crafting
Pasuruan also has industrial area and crafting which has its own characteristic, such as; small industry and crafting of embroidery in Beji, Bangil, gempol, and Keraton. Crafting of wood in Prigen and Karangrejo.

ASAL USUL WISATA PEMANDIAN BANYU BIRU

Cerita ini dari mulut ke mulut wargPasuruan dan sekitarnya pasti mengenal tempat wisata pemandian Banyu Biru. Tempat ini juga menjadi tujuan wisata yang menarik yang sedang dipromosikan oleh pemerintah kabupaten Pasuruan. Pemandian Banyubiru terletak di desa Sumber Rejo, yang berjarak kira - kira 20 km dari kota Pasuruan. Sebelum ke sana, ada baiknya kita simak yuk ..cerita dibalik pemandian yang konon bukan hanya tempat wisata tetapi juga merupakan cagar budaya di Pasuruan.

Pada jaman kerajaan Majapahit, mulailah terjadi invasi budaya Arab dan Islam ke dalam keraton Majapahit yang dibawa oleh pedagang - pedagang Arab. Salah satu petinggi kerajaan yang mulai memeluk agama Islam adalah Raden Patah yang sangat terkenal. Perubahan budaya ini mulai menimbulkan pro dan kontra di kalangan kerajaan sehingga menimbulkan perpecahan. Penghuni keraton yang masih memeluk agama Hindu mulai tersisih dan menyingkir ke Pasuruan, diantaranya sampai sekarang masih kita temui keberadaan mereka di wilayah Tengger. Dan sebagian lagi, tidak sampai ke dataran tinggi Tengger, mereka terpencar di daerah Pasuruan.


Pada waktu itu ada dua orang bekas prajurit Majapahit yang menyingkir dan membuka hutan untuk tempat pemukiman di Pasuruan yaitu Kebut dan Tombro. Mereka memilih tinggal di desa Sumber Rejo. Kebut diceritakan membuka usaha sebagai pembuat keris atau empu sedangkan Tombro memilih bertani dan beternak kerbau serta memelihara monyet.

Banyu biru tempo doloe

Suatu hari, menjelang sore, Tombro biasanya menanti kedatangan kerbau - kerbau peliharaannya yang biasa mencari rumput sendiri di hutan sekitar rumahnya. Namun ketika dia melihat ke kandang kerbau, ternyata kerbau - kerbaunya belum juga pulang ke kandang. Maka Tombro segera mencari kerbau - kerbaunya hingga masuk ke dalam hutan di pinggir tempat mereka tinggal. Dan ia menemukan kerbau - kerbaunya sedang berkubang di sebuah kolam lumpur yang selama ini tidak pernah dilihatnya ada di hutan itu. Tombro menghalau kerbau - kerbau itu untuk segera keluar dari kubangannya tapi mereka tidak bisa beranjak dan seperti terjebak dalam lumpur. Kemudian Tombro beupaya menolong kerbaunya, akhirnya setelah berhasil keluar, Tombro melihat pemandangan yang menakjubkan dimana kolam lumpur itu berubah menjadi kolam air yang sangat jernih dengan air kebiru - biruan. Saking jernihnya air tersebut, sampai terlihat dasar kolam dengan sepasang ikan Sengkaring yang berenang disana. 

Namun kini pemandian banyu biru telah menjadi tempat obyek wisata kab. Pasuruan yang keren nan indah, bila ingin datang ke pemandian ini lebih baik membawa action cam (gopro, xiaomi yi, bpro) dll, karena pemandangan dibawah airnya yang indah 
Pemandangan bawah air banyu biru
Foto bareng ikan - ikan banyu biru

Di Balik Gedung P3GI Pasuruan

Sejarah P3GI di Indonesia

Gedung P3GI ini merupakan salah satu gedung tertua dan terbesar di Kota Pasuruan. Gedung ini memiliki nilai sejarah yang penting di mana gedung ini menjadi salah satu pusat penelitian perkebunan gula yang ada di Indonesia.
Pusat Penelitian Perkebunan Gula di Indonesia pertama kali didirikan pada tahun 1885 dengan nama Het Proefstation Midden Java yang didirikan di Semarang, Jawa Tengah. Tahun 1886 menyusul didirikannya Proefstation voor Suikerrient in West Java yang bertempat di Kagok. Lalu, pada 9 Juli 1887 didirikan lagi Het Proefstation Oost Java di Pasuruan atau lebih sering disebut secara singkat dengan POJ. Warga setempat lebih banyak menyebut gedung tersebut dengan nama Prop. 
salah satu bangunan P3GI

Pada tahun 1893 Proefstation Midden Java ditutup oleh Pemerintah Hindia Belanda karena kurangnya penemuan yang bersifat menguntungkan dari instansi tersebut. Tujuh tahun kemudian, giliran Proefstation voor Suikerrient in West Java yang dipindahkan ke Pekalongan, kemudian ke Semarang. Dari kedua kejadian ini akhirnya memunculkan ide untuk menyatukan kedua instansi antara Proefstation di Semarang dan di Pasuruan. Kedua instansi tersebut secara fisik dan organisasi berhasil disatukan pada 1 Januari 1907 menjadi Het Proefstation voor de Java-Suikerindustriedan dipilih Pasuruan atau wilayah Oosthoek karena lebih cocok untuk membudidayakan perkebunan tebu.
Oosthoek adalah sebutan Belanda untuk daerah ujung timur Jawa, yaitu bagian yang menyempit dari Jawa Timur, mulai dari Pasuruan sampai Selat Bali, atau sering juga disebut “green gold”. Oosthoek/eastern slient/bang wetan/ujung timur meliputi Pasuruan, Probolinggo (Banger), Situbondo (Panarukan), Besuki (Bondowoso dan Jember), Lumajang serta Banyuwangi (Blambangan).
Alat Penggiling Tebu

Bangunan ini pernah mengalami kerusakan selama periode 1942-1948. Banyak buku dan barang-barang inventaris yang hilang. Pada waktu terjadi Agresi Militer Belanda II, gedung utama serta sebagian besar perpustakaan dan arsip mengalami kebakaran. Dulu, di halaman depan gedung utama terdapat patung untuk mengenang JD Kobus, seorang Direktur Laboratorium dari 1897 hingga 1910.
Setelah perkebunan Belanda diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia pada Desember 1957, pusat penelitian ini dinamakan Balai Penyelidikan Perusahaan-Perusahaan Gula (Experiment Station for Sugar Estates). Selanjutnya pada tahun 1965 berganti nama kembali menjadi Balai Penyelidikan Perusahan Perkebunan Gula (Indonesian Sugar Experiment Station), dan akhirnya dinamakan sebagai Balai Penelitian Perusahaan Perkebunan Gula (Indonesian Sugar Research Institute) sejak 1 Januari 1982. Lalu, berdasarkan keputusan dewan pengurus pada 11 Mei 1987, Balai Penelitian Perusahaan Perkebunan Gula menjadi Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) atau Indonesian Sugar Research Institute).

Sejarah berdirinya aisyiyah muhammadiyah

KHA Dahlan behasil dalam membina dan membimbing murid-muridnya termasuk kaum ibu muda. Sehingga pada tahun 1914 Ibu-ibu muda mendirikan gerakan bernama "Sapa Tresna", Kegiatannya antara lain memelihara anak yatim, mendirikan sekolah wanita dengan murid-murid pada pelayan dan orang-orang yang bekerja membatik.

Pada tahun 1917 murid-murid remaja putri mendirikan organisasi wanita bernama Aisyiyah, pengurusnya antara lain Siti Bariyah sebagai ketua, Siti Badilah sebagai Sekretaris dan Siti Aminah sebagai Bendahara dibantu Ny. Abdullah, Ny. Fatimah, Watsol Siti Dalalah, Siti Waringsih, dan siti Busra. Aisyiyah melanjutkan kegiatan yang telah ada misalnya mengirimkan Mubalighat ke Kampung-kampung dan mengadakan kursus-kursus untuk para pegawai putri. Pada tahun 1924 Aisyiyah menjadi bagian dari Pengurus Besar Muhammadiyah. Dan dalam kongresnya yang ke-2 di Yogyakarta semua cabang Muhammadiyah diharuskan mendirikan Aisyiyah. Pada tahun-tahun berikutnya Aisyiyah terus berkembang mengikuti perkembangan Muhammadiyah.

Resminya perkumpulan lbu-ibu Aisyiyah ini berdiri adalah ada tanggal 22 April 1917 M. Untuk, pertama kali Aisyiyah langsung dipimpin oleh Nyai Dahlan.



  
Logo Aisiyah
Tujuan Aisiyah dalah menggerakkan kaum wanita Islam dan memberikan, mereka lapangan beramal seluas luasnya. Dengan demikian akan terwujudiah masyarakat utama yang diridlai Allah SWT.

Setiap warga negara Indonesia yang beragama Islam boleh menjadi anggota Aisyiyah, serta mendukung -cita-cita perjuangan Aisyiyah. 

  1. Kegiatan Aisyiyah, atau amal usaha Aisyiyah antara lain:   

  • Bidang pendidikan anak-anak dengan mendirikan Bustanul Atfal.   

  • Mengasuh dan menyantuni anak yatim dan orang miskin dengan mendirikan Panti Asuhan.  

  • Mendirikan terppat ibadah khusus bagi wanita yaitu Musalla Aisyiyah.  

  • Mendirikan sekolah-sekolah khusus bagi putri-putri dan remaja dengan mendirikan sekolah Perawat dan Bidan Aisyiyah. Mengusahakan berdirinya Balai Kesehatan lbu dan Anak (BKIA) dengan Poliklinik Bersalin

Gedung Tua Kuno - SD Pancasila Pasuruan


Berwisata menyusuri Kota Pasuruan tentu sangatlah mengasyikan. Seakan-akan membuka lembar-lembar sejarah masa lalu. Sejarah pernah mencatat bahwa Kota Pasuruan ini pernah berkembang pesat pada akhir abad ke-18 sampai dengan awal abad ke-20. Bahkan pada saat itu Kota Pasuruan pernah menjadi kota metropolis yang mempunyai trem listrik sebagai moda angkutan dalam kota, sebelum akhirnya meredup lagi lantaran produksi gula sudah tidak menjadi primadona lagi dalam perdagangan di Eropa.

Jejak-jejak kejayaan peradaban Kota Pasuruan di kawasan pantai utara Jawa bagian timur masih dilihat dari sisa-sisa gedung tua yang masih tegak berdiri hingga kini. Salah satunya adalah Gedung Yayasan Pendidikan Pancasila. Gedung ini terletak di Jalan Hasanuddin No. 12 RT.01 RW.05 Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Panggungrejo, Kota Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Lokasi gedung ini berada di depan Rumah Singa, atau sebelah utara Koramil.

Gedung yang kini digunakan Yayasan Pendidikan Pancasila ini dulunya merupakan rumah milik Han Hoo Tong. Keluarga Han merupakan salah satu keluarga terkemuka (konglomerat) di Pasuruan yang diberi keistimewaan di bidang pemerintahan, perdagangan dan pajak oleh Pemerintah Hindia Belanda. Bangunan ini diperkirakan dibangun antara tahun 1870-1890 di kala gula menjadi komoditas primadona di pasaran Eropa.

Dua saudara laki-laki Han Hoo Tong, yaitu Han Hoo Tjoan dan Han Hoo Hai, pernah menjabat sebagai Kapitein der Chineezen. Han Hoo Tjoan menjabat sebagai Kapitein der Chineezen Pasuruan pada tahun 1881-1886, dan Han Hoo Hai menjabat sebagai Kapitein der Chineezen Probolinggo pada tahun 1870-1885. Kapitein der Chineezen bukanlah pangkat dalam kemiliteran, akan tetapi jabatan yang diberikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada waktu itu untuk mengawasi semua kegiatan apapun yang ada di kawasan Pecinan yang merupakan wilayah kekuasaannya.

Pada tahun 1958 bangunan ini digunakan untuk kegiatan perkumpulan Tiong Hoa Hwee Koan (THHK). THHK adalah perkumpulan Tionghoa yang bergerak untuk memajukan pendidikan orang-orang Tionghoa di Hindia Belanda. Tujuannya untuk menyediakan pendidikan gratis bagi semua anak keturunan Tionghoa dari berbagai lapisan sosial ekonomi. Ketua THHK yang pertama di Pasuruan dipegang oleh Han Hoo Tong.

Kemudian bangunan ini pernah beralih fungsi sebagai markas tentara, gedung kesenian, dan akhirnya kembali digunakan sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat Kota Pasuruan hingga saat ini. Hanya saja, sebelum merdeka digunakan sebagai lembaga pendidikan bagi komunitas THHK, dan setelah merdeka digunakan oleh Yayasan Pancasila, sebuah yayasan yang didirikan oleh warga Tionghoa Pasuruan dalam mengembangkan pendidikan. Sehingga, beberapa bagian gedung ini digunakan untuk sekolahan, mulai dari Taman Kanak-Kanak, SD sampai SMP Pancasila.

Dilihat dari fasadnya, bangunan yang berdiri di atas lahan seluas 5.000 m² ini mengacu pada bentuk arsitektur Indische Empire. Hal ini kelihatan dari denah dan tampak depan bangunan dengan pilar gaya Yunani dan teras depan maupun belakang yang luas. Pada abad ke-19 di Hindia Belanda, gaya arsitektur seperti ini sangat populer sekali sehingga hampir semua jenis bangunan, baik fasilitas umum maupun rumah tinggal, memakai gaya arsitektur ini. Salah satu keunggulan gaya arsitektur Indische Empire adalah penyesuaiannya dengan iklim tropis lembab yang sangat baik sekali, terutama pada teras depan dan belakangnya yang luas dan terbuka. Sehingga orang merasa nyaman tinggal di dalamnya. Hal ini terbukti bahwa gaya arsitektur ini sempat bertahan sepanjang abad ke-19.

Biografi KH Abdul Hamid Pasuruan Jawa Timur

Biografi KH Abdul Hamid © KH. Abdul hamid Lahir pada tahun 1333 H, di Desa Sumber Girang, Lasem, Rembang, Jawa Tengah.Wafat 25 Desember 1985. Pendidikan: Pesantren Talangsari, Jember; Pesantren Kasingan, Rembang, Jateng; Pesantren Termas, Pacitan, Jatim. Pengabdian: pengasuh Pesantren Salafiyah, Pasuruan

Kesabarannya memang diakui tidak hanya oleh para santri, tapi juga oleh keluarga dan masyarakat serta umat islam yang pernah mengenalnya. Sangat jarang ia marah, baik kepada santri maupun kepada anak dan istrinya. Kesabaran Kiai Hamid di hari tua, khususnya setelah menikah, sebenarnya kontras dengan sifat kerasnya di masa muda.

“Kiai Hamid dulu sangat keras,” kata Kiai Hasan Abdillah. Kiai Hamid lahir di Sumber Girang, sebuah desa di Lasem, Rembang, Jawa Tengah, pada tahun 1333 H. Ia adalah anak ketiga dari tujuh belas bersaudara, lima di antaranya saudara seibu. Kini, di antara ke 12 saudara kandungnya, tinggal dua orang yang masih hidup, yaitu Kiai Abdur Rahim, Lasem, dan Halimah. Sedang dari lima saudara seibunya, tiga orang masih hidup, yaitu Marhamah, Maimanah dan Nashriyah, ketiganya di Pasuruan. Hamid dibesarkan di tengah keluarga santri. Ayahnya, Kiai umar, adaiah seorang ulama di Lasem, dan ibunya adalah anak Kiai Shiddiq, juga ulama di Lasem dan meninggal di Jember, Jawa Timur.

Tidak Suka Dipuja
Setelah 12 tahun belajar agama di Pondok Tremas, tokoh kita itu dipinang oleh pamandanya, KH. Achmad Qusyairi, untuk dikawinkan dengan putrinya, Nafisah.
Konon, Kiai Achmad pernah menerima pesan dari ayahandanya, KH. Muhammad Shiddiq, supaya mengambil Hamid sebagai menantu mengingat keistimewaan-keistimewaan yang tampak pada pemuda tersebut. Antara lain, saat pergi haji dulu, dia bisa berjumpa dengan Rasulullah s.a.w. Sayang, sang kakek tak sempat melihat pernikahan itu karena lebih dulu dipanggil Sang Mahakuasa.
Seperti disebut dalam surat undangan, akad nikah akan dilangsungkan pada 12 September 1940 M, bertepatan dengan 9 Sya’ban 1359 H, selepas dzhuhur pukul 13.00 di Masjid Jami’ (sekarang Masjid Agung Al-Anwar) Pasuruan. Namun, rencana tinggal rencana. Pada waktu yang ditentukan, para undangan sudah berkumpul di Masjid Jami’, namun rombongan penganten pria tak kunjung muncul hingga jam menunjuk pukul 2. Terpaksa acara melompat ke sesi berikutnya, yaitu walimah di rumah Kiai Achmad Qusyairi di Kebonsari, di kompleks Pesantren Salafiyah.
Di sana kembali orang-orang dibuat menunggu. Ternyata, rombongan penganten pria baru datang sore hari, setelah acara walimah rampung dan para undangan pulang semua. “Anu, penganten kuajak mampir ke makam (para wali),” kata Kiai Ma’shum, yang dipercaya menjadi kepala rombongan. Apa boleh buat, akad nikah pun dilangsungkan tanpa kehadiran undangan, dan hanya disaksikan para handai tolan.

Karomah Kiai Hamid
Kiai Hamid benar-benar berangkat dari titik nol dalam membina Pondok Salafiyah. Sebab, saat itu tidak ada santri. Para santri sebelumnya tidak tahan dengan disiplin tinggi yang diterapkan Kiai Abdullah. Walaupun tak ada promosi, satu demi satu santri mulai berdatangan. Prosesnya sungguh natural, tanpa rekayasa. Perkembangannya memang tidak bisa dibilang melesat cepat, tapi gerak itu pasti. Terus bergerak dan bergerak hingga kamar-kamar yang ada tidak mencukupi untuk para santri dan harus dibangun yang baru; hingga jumlah santrinya mencapai ratusan orang, memenuhi ruang-ruang pondok yang lahannya tak bisa diperluas lagi karena terhimpit rumah-rumah penduduk; hingga pada akhirnya, terdorong oleh perkembangan zaman, fasilitas baru pun perlu disediakan, yaitu madrasah klasikal.
Perkembangan fenomenal terjadi pada pribadi beliau. Dari semula hanya dipanggil “haji” lalu diakui sebagai “kiai”, pengakuan masyarakat semakin membesar dan membesar. Tamunya semakin lama semakin banyak. Terutama setelah wafatnya Habib Ja’far As-Segaf (wali terkemuka Pasuruan waktu itu yang jadi guru spiritualnya) sekitar 1954, sinarnya semakin membesar dan membesar. Kiai Hamid sendiri mulai diakui sebagai wali beberapa tahun kemudian, sekitar awal 1960-an. Pengakuan akan kewalian itu kian meluas dan meluas, hingga akhirnya mencapai taraf — meminjam istilah Gus Mus — “muttafaq ‘alaih” (disepakati semua orang, termasuk di kalangan mereka yang selama ini tak mudah mengakui kewalian seseorang)
Lahulfatihah…!